Melalui Project Enhancing Safer Environment for School (ESES) yang disponsori oleh ChildFund International di Indonesia, Warga Upadaya Bogor yang mendampingi tiga kelurahan di Kabupaten Bogor tepatnya di Kecamatan Cibinong, yaitu kelurahan Pakansari, Harapanjaya dan Sukahati, siap mendampingi sepuluh sekolah dari tiga kelurahan tersebut menjadi sekolah aman bencana atau menjadi sekolah aman. Sepuluh sekolah yang didampingi yaknidi tabel di bawah ini :
No |
Village |
Name of School |
Boys |
Girls |
1 |
HARAPAN JAYA |
SD N CIKARET JAYA |
192 |
152 |
2 |
HARAPAN JAYA |
SD NEGERI CIKARET 01 |
328 |
265 |
3 |
HARAPAN JAYA |
SD N KRAMAT RAYA |
157 |
148 |
4 |
HARAPAN JAYA |
SD NEGERI CIKARET 02 |
376 |
396 |
5 |
PAKANSARI |
SD N PAKANSARI 02 |
201 |
188 |
6 |
PAKANSARI |
SDN PABUARAN 03 |
163 |
121 |
7 |
PAKANSARI |
SD N CURUG |
169 |
172 |
8 |
SUKAHATI |
SD NEGERI PAJELERAN 01 |
574 |
560 |
9 |
SUKAHATI |
SD NEGERI MUARA BERES |
397 |
415 |
10 |
SUKAHATI |
SD N KARADENAN |
340 |
284 |
|
|
|
2,897 |
2,701 |
Karena sekolah kabupaten tidak mengetahui Prinsip Sekolah Aman, anak-anak di lokasi sasaran, Kabupaten Bogor, belajar di fasilitas sekolah yang tidak aman, yang mengancam pembelajaran mereka, dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
Proyek ini berupaya mengatasi masalah anak-anak berusia 6-12 tahun yang bersekolah di sekolah dasar dengan kapasitas dukungan yang buruk dari guru dan Komite Sekolah dan belajar di fasilitas sekolah yang tidak aman. Karena cakupan wilayah yang luas di Kabupaten Bogor, dan terbatasnya kapasitas pejabat dan terbatasnya ketersediaan mereka untuk menginformasikan semua masyarakat, Kepala Sekolah Aman belum dikomunikasikan secara memadai untuk menjadi faktor dalam pengoperasian sekolah umum.
Wilayah proyek yang ditargetkan berada di tempat-tempat semi-perkotaan sekitar 150 km dari ibu kota Provinsi Jawa Barat. Oleh karena itu, mereka kurang terpantau oleh Pemerintah Provinsi karena biaya kunjungan ke kabupaten ini lebih mahal dibandingkan dengan kabupaten lain. Situasi ini membuat sekolah sangat rentan terutama pada tahap awal keadaan darurat karena mereka harus menghadapi situasi ini sebelum dukungan eksternal datang terutama anak-anak di sekolah yang jauh dari keluarga mereka.
Permasalahan yang lebih spesifik yang dihadapi ketiga desa sasaran adalah sebagai berikut; Mereka berada dalam konteks semi-perkotaan di mana keterlibatan masyarakat terpisah dari intervensi sekolah. Sedangkan dalam konteks bencana, komunitas sekolah (siswa dan guru) adalah bagian dari komunitas yang juga harus mereka lindungi dan bagaimana sekolah dapat mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana karena sebagian besar siswa berasal dari desa yang sama dengan sekolah. terletak. Konteks risiko sekolah paling mirip dengan lokasi rumah siswa.
Tujuan dari Project ini adalah Meningkatkan pengetahuan dan kapasitas komunitas sekolah tentang lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi anak-anak untuk belajar di daerah rawan bencana
Hasil yang diharapkan melalui project ini adalah prinsip Sekolah Aman diarusutamakan ke dalam pelajaran mengajar di sekolah, Topik PRB diintegrasikan ke dalam pembelajaran sehari-hari. Siswa secara aktif terlibat dalam mengidentifikasi risiko di sekolah mereka, serta Guru memiliki pengetahuan dan peralatan yang memadai untuk mengajarkan topik PRB selama pelajaran
Selain ini diharapkan juga Anggota Komunitas dan Komite Sekolah berperan aktif untuk memastikan keselamatan anak-anak selama belajar. Komite sekolah memahami peran dan fungsinya sebagaimana tertuang dalam Permendikbud No. 75/2016. Serta Komite Siswa dan Sekolah mampu mengadakan kampanye lingkungan sekolah yang aman kepada masyarakat dan pemerintah daerah.
SEKOLAH AMAN BENCANA MENURUT BPBD KABUPATEN BOGOR.
Sekolah aman bencana adalah sekolah yang menerapkan sarana dan
prasarana yang mampu melindungi warga sekolah dan lingkungan di
sekitarnya dari bahaya bencana sesuai standar.
Sekolah aman harus memenuhi tiga syarat atau kriteria utama, yaitu:
a.Dilakukannya penilaian kerentanan bangunan sekolah dan penentuankebutuhan rehabilitasi
b.Adanya rencana teknis rehabilitasi dan perkuatan struktur bangunan.
c.Adanya proses pengawasan pelaksanaan rehabilitasi dan perkuatan
struktur bangunan oleh tim pengawas yang dibentuk khusus melibatkan
tenaga ahli, perwakilan pengelola dan komite sekolah.
Langkah dan Persiapan
Hal yang dipersiapkan dan langkahketika bencana terjadi:
A. Bencana banjir: pergi ke tempat yang lebih tinggi,
jika belum berbahaya atau baru menunjukkan tanda” akan banjir besar
segera packing barang seperti; obat-obatan, dokumen penting/harta
berharga, baju”, makanan,waspada terhadap tanda-tanda banjir, mematikan
listrik,gas dan keran air. Serta menghubungi relawan bencana, jika
disuruh mengungsi segera mengungsi dan pantau terus informasi banjir
B. Gempa bumi : berlindung ke bawah meja atau berlari ke luar rumah dan menjauhi tiang listrik, pohon, bangunan dll. Mewaspadai gempa susulan dengan mempersiapkan tas yg ada makanan, dan harta berharga/ dokemen penting, obat-obatan, selalu siapkan senter, pluit, memperhatikan tanda-tanda adanya bencana,menjauhkan barang-barang berat, catat dan simpan nomor penting .Menghubungi relawan bencana setelah bencana telah selesai.
C. Tsunami : yang dipersiapkan sebelum terjadi bencana yaitu obat-obatan, pakaian ,makanan, dokumen penting. Sebisa mungkin keluar dari rumah dan berjalan/berlari ke tempat yg paling tingi dan jauh dari pantai.
D. Longsor : Sebelum terjadi longsor mempersiapkan obat-obtan, pakain beberapa saja, makanan dan bila ada himbauan pengungsi segera dilakukan, mewaspadi curah hujan tinggi .Apabila ada suara gemuruh dari dataran yang lebih tinggi, segera lari keluar dari rumah, lari ke lapangan di mana tidak ada tempat tinggi di sekitarnya.
E. Gunung Meletus : persiapan jika terjadi gempa yaitu menyiapkan masker dan kacamatauntuk melindungi diri dari asap dan debu, perhatikan tanda-tanda dari pihak berwenang,matikan listrik. Memperhatikan dan sensitif akan tanda-tanda gunung meletus seperti sumber mata air kering,suhu lereng meningkat drastis, ikuti petunjuk dari pihak berwenang.
Tanggap Bencana yang Dilakukan Guru
Yang dilakukan guru ketika terjadi bencana adalah :
A. Bencana banjir : jika terjadi banjir yg tidak
terlalu parah atau hanya di luar sekolah. Saat sebelum pulang anak
diingatkan untuk tidak mainan banjir dan langsung pulang jika di jemput
oleh orang tuanya. Dan jika banjir tiba” parah dan sampai hampir
menyentuh ruang kelas, anak segera dipulangkan ke rumah masing-masing.
B. Gempa : jika terjadi gempa saat proses pembelajaran
berlangsung secara tiba”. Anak” disuruh berlindung ke bawah meja dengan
segera. Dan apabila getarannya sangat hebat, murid” disuruh keluar
ruangan terlebih dahulu dan tidak ada yg merapikan atau membawa tasnya.
Kemudian guru sambil berkata agar mereka berlari kelapangan sekolah dan
menjauihi bagunan dan tiang listrik apa pun itu harus cari tanah lapang .
Setelah memastikan murid” keluar semua, barulah guru yang keluar kelas
menghampiri mereka.
C. Tsunami : saat terjadi tsunami anak” disuruh keluar
kelas berlari atau berjalan ketempat yg lebih tinggi dan menghindari
sungai, danau dll.
Melalui program :
Sekolah aman bencana adalah sekolah yang menerapkan sarana dan
prasarana yang mampu melindungi warga sekolah dan lingkungan di
sekitarnya dari bahaya bencana sesuai standar.
Sekolah aman harus memenuhi tiga syarat atau kriteria utama, yaitu:
a.Dilakukannya penilaian kerentanan bangunan sekolah dan penentuankebutuhan rehabilitasi
b.Adanya rencana teknis rehabilitasi dan perkuatan struktur bangunan.
c.Adanya proses pengawasan pelaksanaan rehabilitasi dan perkuatan
struktur bangunan oleh tim pengawas yang dibentuk khusus melibatkan
tenaga ahli, perwakilan pengelola dan komite sekolah.
Langkah dan Persiapan
Hal yang dipersiapkan dan langkahketika bencana terjadi:
A. Bencana banjir: pergi ke tempat yang lebih tinggi,
jika belum berbahaya atau baru menunjukkan tanda” akan banjir besar
segera packing barang seperti; obat-obatan, dokumen penting/harta
berharga, baju”, makanan,waspada terhadap tanda-tanda banjir, mematikan
listrik,gas dan keran air. Serta menghubungi relawan bencana, jika
disuruh mengungsi segera mengungsi dan pantau terus informasi banjir
B. Gempa bumi : berlindung ke bawah meja atau berlari ke luar rumah dan menjauhi tiang listrik, pohon, bangunan dll. Mewaspadai gempa susulan dengan mempersiapkan tas yg ada makanan, dan harta berharga/ dokemen penting, obat-obatan, selalu siapkan senter, pluit, memperhatikan tanda-tanda adanya bencana,menjauhkan barang-barang berat, catat dan simpan nomor penting .Menghubungi relawan bencana setelah bencana telah selesai.
C. Tsunami : yang dipersiapkan sebelum terjadi bencana yaitu obat-obatan, pakaian ,makanan, dokumen penting. Sebisa mungkin keluar dari rumah dan berjalan/berlari ke tempat yg paling tingi dan jauh dari pantai.
D. Longsor : Sebelum terjadi longsor mempersiapkan obat-obtan, pakain beberapa saja, makanan dan bila ada himbauan pengungsi segera dilakukan, mewaspadi curah hujan tinggi .Apabila ada suara gemuruh dari dataran yang lebih tinggi, segera lari keluar dari rumah, lari ke lapangan di mana tidak ada tempat tinggi di sekitarnya.
E. Gunung Meletus : persiapan jika terjadi gempa yaitu menyiapkan masker dan kacamatauntuk melindungi diri dari asap dan debu, perhatikan tanda-tanda dari pihak berwenang,matikan listrik. Memperhatikan dan sensitif akan tanda-tanda gunung meletus seperti sumber mata air kering,suhu lereng meningkat drastis, ikuti petunjuk dari pihak berwenang.
Tanggap Bencana yang Dilakukan Guru
Yang dilakukan guru ketika terjadi bencana adalah :
A. Bencana banjir : jika terjadi banjir yg tidak
terlalu parah atau hanya di luar sekolah. Saat sebelum pulang anak
diingatkan untuk tidak mainan banjir dan langsung pulang jika di jemput
oleh orang tuanya. Dan jika banjir tiba” parah dan sampai hampir
menyentuh ruang kelas, anak segera dipulangkan ke rumah masing-masing.
B. Gempa : jika terjadi gempa saat proses pembelajaran
berlangsung secara tiba”. Anak” disuruh berlindung ke bawah meja dengan
segera. Dan apabila getarannya sangat hebat, murid” disuruh keluar
ruangan terlebih dahulu dan tidak ada yg merapikan atau membawa tasnya.
Kemudian guru sambil berkata agar mereka berlari kelapangan sekolah dan
menjauihi bagunan dan tiang listrik apa pun itu harus cari tanah lapang .
Setelah memastikan murid” keluar semua, barulah guru yang keluar kelas
menghampiri mereka.
C. Tsunami : saat terjadi tsunami anak” disuruh keluar
kelas berlari atau berjalan ketempat yg lebih tinggi dan menghindari
sungai, danau dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Komentar anda. semoga menjadi masukan untuk kami. jangan lupa share ..